Materi kuliah selalu tertulis rapi dengan pengolah kata di "Witty Lappie" ku, yang juga terjaring dengan dunia maya. Dengan direktori yang kususun rapi menurut jenis matakuliah dan judul yang memudahkanku untuk mem"browse" materi itu. Setiap kali membacanya kembali, dalam waktu beberapa lama mata lelah dan konsentrasi hilang. Kucoba beralih membaca buku catatan dan buku penunjang lain, eh satu dua jam aku tahan membacanya... ada apa ini, (gawat?). Ada yang salah dengan diriku ?. Jawabannya ada pada pendapat Mark Prensky, seorang pemerhati dunia pendidikan, yang menyampaikan mengenai seberapa jauhnya perbedaan antara pelajar generasi millennium dengan generasi sebelumnya ketika para pengajarnya masih duduk dibangku sekolah. aku termasuk generasi "digital Immigrant" pendatang baru yang melihat perkembangan digital teknologi dari nol dan ingin pindah ke era digital. sehingga segala sesuatu yang kulakukan harus terlihat nyata dulu dari pada langsung bernavigasi di dunia digital. Ternyata secara neurobiology pun otak kita berbeda dengan generasi berikutnya.
Generasi baru yang dimulai tahun 1981 merupakan generasi "Digital Native" yang lahir dan beranjak dewasa dengan kecanggihan teknologi. Ini sudah kuamati dari dunia generasi anak anakku. Dengan santai mereka bernavigasi dalam mendukung pelajaran yang diterima, sekaligus ber SMS dengan hpnya, dan pada saat yang sama ber"chatting" melakukan diskusi dengan teman-temannya tentang berbagai hal dari yang tak penting hingga dukungan pelajaran yang membingungkan mereka, karena mereka dipersatukan oleh teknologi Web 2.0 yang bersifat Networking bukan Broadcasting.
hih. Ini membuat ideku berkeliaran kemana-mana ? . Apakah keperluan generasi "digital native" ini sudah ditangkap oleh bapak ibu gurunya? oleh pengelola sumber informasi? oleh bidang promosi?. Sinergi --- sinegi. itu yang muncul berkelebat di pikiranku. Ayo ayo kita tangkap keperluan mereka : 1)Bapak ibu guru dan dosen atau yang bergerak di bidang pendidikan, berikan stimulan otak mereka dengan hal-hal baru sehingga pengetahuan bertambah seiring perkembangan kegiatannya 2) Perpustakaan sekolah perpustakaan perguruan tinggi : sediakan layanan yang dapat menangkap keinginan mereka di era digital sekaligus menawarkan informasi yang sarat untuk pengembangan pengetahuan mereka 3) pemasar : Berikan cara elegan agar mereka mampu memilih pasar keperluan mereka dengan baik.
akhirnya karena struktur otakku memang demikian adanya. Maka kulakukan match and mix untuk segala kegiatanku yang berkaitan dan ber"bau" digital.... Oh digital immigrant.
Rabu, 21 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar