Sabtu, 05 Desember 2009

Let's read it again

Hari hari yang sibuk ini begitu ku nikmati, tugas tugas yang harus kuselesaikan dengan tenggat waktu yang menyita dan konsentrasi penuh menyisakan tanyaku " oh berarti otakku sedang teraduk-aduk nih ". Ketika masuk kelas bergiliran kami mempresentasikan bacaan kami masing-masing, dan kudapatkan tambahan lagi pengetahuan. semua berbagi semua memberi masukan dan..... seru. Inilah proses yang selama ini kuharapkan. belajar lagi untuk membaca dan membacanya lagi supaya tidak salah bertutur kata, supaya segala ilmu dapat terurai satu persatu.

Kegiatan belajar yang pasti berbeda dengan masa masa kerjaku kemarin memberikan harapan untuk memperbaiki masa-masa yang akan datang.

melihat.... mengamati.... mengolah.... menyampaikan.... mendengar... membaca... semua kulakukan dengan raga yang jelas berbeda dari bertahun tahun yang lalu. tapi semoga semangat ini dapat mengapresiasi segala bentuk pembelajaran yang kudapatkan. semoga.

Jumat, 04 Desember 2009

Nationalism

" Perkembangan pertimbangan kultur politik elite dan perilaku kekuasaan pada bangsa Indonesia yang suka tergoda bermain di air keruh tanpa disertai tanggungjawab konflik sosial begitu gampang pecah, tapi sulit untuk menghentikannya, sangat lemah komitmen melakukan upaya penyelesaian jika muncul persoalan serius (tajuk rencana kompas, Jumat 4 Desember 2009)"

Mencuat ketika ada kasus Bank Century, dan selalu masyarakat yang dibingungkan dengan bermacam macam argumen dengan berbagai kepentingan politik.

Mengapa selalu terjadi arus pusaran yang berputar begitu keras. Adakah yang bisa paling tidak membuatnya menjadi putaran arus yang bijaksana yang mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Rasa kebangsaan ini sedang diuji, tapi kok nggak selesai selesai sih? Padahal banyak orang pintar disini. jangan jangan semuanya cuma bilang so what gitu loh?

Rabu, 21 Oktober 2009

Ada yang salah dengan otakku?

Materi kuliah selalu tertulis rapi dengan pengolah kata di "Witty Lappie" ku, yang juga terjaring dengan dunia maya. Dengan direktori yang kususun rapi menurut jenis matakuliah dan judul yang memudahkanku untuk mem"browse" materi itu. Setiap kali membacanya kembali, dalam waktu beberapa lama mata lelah dan konsentrasi hilang. Kucoba beralih membaca buku catatan dan buku penunjang lain, eh satu dua jam aku tahan membacanya... ada apa ini, (gawat?). Ada yang salah dengan diriku ?. Jawabannya ada pada pendapat Mark Prensky, seorang pemerhati dunia pendidikan, yang menyampaikan mengenai seberapa jauhnya perbedaan antara pelajar generasi millennium dengan generasi sebelumnya ketika para pengajarnya masih duduk dibangku sekolah. aku termasuk generasi "digital Immigrant" pendatang baru yang melihat perkembangan digital teknologi dari nol dan ingin pindah ke era digital. sehingga segala sesuatu yang kulakukan harus terlihat nyata dulu dari pada langsung bernavigasi di dunia digital. Ternyata secara neurobiology pun otak kita berbeda dengan generasi berikutnya.
Generasi baru yang dimulai tahun 1981 merupakan generasi "Digital Native" yang lahir dan beranjak dewasa dengan kecanggihan teknologi. Ini sudah kuamati dari dunia generasi anak anakku. Dengan santai mereka bernavigasi dalam mendukung pelajaran yang diterima, sekaligus ber SMS dengan hpnya, dan pada saat yang sama ber"chatting" melakukan diskusi dengan teman-temannya tentang berbagai hal dari yang tak penting hingga dukungan pelajaran yang membingungkan mereka, karena mereka dipersatukan oleh teknologi Web 2.0 yang bersifat Networking bukan Broadcasting.

hih. Ini membuat ideku berkeliaran kemana-mana ? . Apakah keperluan generasi "digital native" ini sudah ditangkap oleh bapak ibu gurunya? oleh pengelola sumber informasi? oleh bidang promosi?. Sinergi --- sinegi. itu yang muncul berkelebat di pikiranku. Ayo ayo kita tangkap keperluan mereka : 1)Bapak ibu guru dan dosen atau yang bergerak di bidang pendidikan, berikan stimulan otak mereka dengan hal-hal baru sehingga pengetahuan bertambah seiring perkembangan kegiatannya 2) Perpustakaan sekolah perpustakaan perguruan tinggi : sediakan layanan yang dapat menangkap keinginan mereka di era digital sekaligus menawarkan informasi yang sarat untuk pengembangan pengetahuan mereka 3) pemasar : Berikan cara elegan agar mereka mampu memilih pasar keperluan mereka dengan baik.

akhirnya karena struktur otakku memang demikian adanya. Maka kulakukan match and mix untuk segala kegiatanku yang berkaitan dan ber"bau" digital.... Oh digital immigrant.

Rabu, 07 Oktober 2009

Perpustakaan Terpadu Jembatan Layanan Prima bagi Pemustaka



Petinggi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta sudah merasakan bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang lengkap belum terpenuhi. Layanan perpustakaan yang tersebar di setiap kampus terasa tidak lengkap, walaupun tingkat akuisisi tinggi tetapi tidak sepadan dengan luasan ruangan yang tidak memadai. Kurangnya luas ruangan masih ditambah dengan posisi perpustakaan yang berada di basement dan tidak mudah dijangkau kecuali yang sudah terbiasa datang.

Lebih dari 8 tahun setelah peletakan batu pertama akhirnya perpustakaan terpadu itu terwujud berkat usaha yang keras dari Rektor beserta jajaran manajamen di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Perpustakaan UAJY sebelumnya.

Perpustakaan UAJY merupakan perpustakaan yang terpusat dalam pengelolaannya dan koleksinya ditempatkan pada tempat-tempat layanan sesuai fakultas yang ada dalam kampus. Saat ini terbagi dalam 4 layanan dan beroperasi di 3 kampus. Perpustakaan menempati ruangan-ruangan yang tidak sepenuhnya didisain untuk perpustakaan, sehingga di 2 kampus terletak di lantai basement dan 1 kampus terletak di lantai 2, Sedangkan untuk pascasarjana ruangannya berbagi dengan Tata Usaha Pascasarjana.

Jajaran manajemen perpustakaan merasakan bahwa pelayanan yang terpencar menyebabkan beberapa permasalahan layanan dan pengembangan.

1. Lokasi buku sesuai pembelian fakultas membuat pengguna harus berpindah antar tempat layanan

2. Fasilitas yang disediakan harus ada di setiap tempat layanan sehingga memerlukan “cost” yang tinggi

3. Sebutan ruangan referensi menjadi tidak tepat, karena semua koleksi yang tidak disirkulasikan karena ruangan yang tidak memadai

4. Dibutuhkan Jumlah pustakawan yang lebih banyak

Menggagas Perpustakaan terpadu.

Sebelum perpustakaan terpadu secara fisik dibangun, tim IT perpustakaan bekerjasama dengan TIM Pusat Universitas merencanakan pembangunan layanan terpadu secara virtual yang menghubungkan keempat tempat layanan. Kampus II dan kampus III karena jarak yang relatif dekat menggunakan Fiber optik, sedangkan hubungan dengan kampus I menggunakan “radio wave”. Berkemampuan 2 mega. Fasilitas yang diberikan oleh universitas ini “ditangkap” oleh perpustakaan sebagai sinyal agar perpustakaan dapat lebih mengembangkan layanannya. Dari fasilitas ini perpustakaan dapat mengembangkan :

1. Layanan sirkulasi terautomasi di 4 titik layanan yang ter”update”, sehingga pengguna dapat meminjam koleksi di semua tempat layanan sesuai dengan ketentuan jumlah peminjaman

2. Layanan katalog online baik intranet maupun internet baik untuk sivitas akademika maupun masyarakat (akhir tahun 2008 perpustakaan UAJY termasuk 1 dari 5 perguruan tinggi yang tergabung dalam Jogja Library for all untuk katalog online dan silang layan).

3. Pemasangan Jurnal online yang dilanggan melalui fasilitas intranet, sehingga layanan jurnal yang semula hanya dapat diakses di perpustakaan, kini dapat dinikmati oleh semua civitas.

4. Perpustakaan mengembangkan literatur kelabu secara online.

5. Komunikasi antar titik layanan dapat juga menggunakan fasilitas server bersama atau komunikasi melalui instant messenger.

Wow, Perpustakaan terpadu secara fisik akhirnya terwujud.

Fasilitas-fasilitas yang ada telah membuat perpustakaan berkembang dan menjadi percaya diri dalam pengelolaannya dan jauh berbeda ketika layanan dilakukan secara manual. Manajemen perpustakaan dan universitas kemudian menyempurnakannya dengan pembangunan fisik Perpustakaan terpadu (akan di berkati tanggal 9 -10-2009,  hari jumat besok). Pertanyaannya adakah layanan yang lebih atau berbeda dari titik layanan perpustakaan sebelumnya?

Konsep Pengembangan layanan pada perpustakaan terpadu.

Perpustakaan sangat diuntungkan dengan kerjasama yang dilakukan dengan tim pengembang perpustakaan, karena ruangan-ruangan yang seharusnya ada di perpustakaan, dipikirkan didisain dan diadakan sesuai kaidah arsitektur. Hasilnya , perpustakaan mendapatkan 4 lantai yang mencakup ruangan-ruangan yang memfasilitasi kebutuhan pengguna mulai dari ruang baca, ruang seminar, ruang diskusi, fasilitas referensi yang lengkap selain ruang standar perpustakaan lain. Layanan baru yang sangat dibutuhkan pengguna adalah Desk Information System. Layanan ini akan menjembatani pengguna sebelum masuk ke perpustakaan dengan layanan yang direncanakan dapat lengkap membantu pertanyaan pengunjung. Selain itu OPAC dan fasilitas browsing jurnal tersebar di titik titik layanan yang direncanakan dapat dengan mudah dijangkau pengguna.

Semuanya terlibat dan dilibatkan

Pembangunan perpustakaan terpadu ini secara fisik dibangun dan dikembangkan hampir oleh semua sivitas akademika, bahkan mahasiswa komunikasi (matakuliah PR) membantu mempromosikan perpustakaan kepada segenap mahasiswa paling tidak di FISIP. Mereka menggunakan berbagai cara untuk memberitahu bahwa perpustakaan akan berubah. Contoh yang dilakukan adalah memberi motivasi pemustaka yang ditulis dan disebarkan kepada pengguna dalam selipan buku, bollpoint dan pin. Bahkan di depan bangunan yang akan dibangun ditulisi poster : Disini akan dibangun Gedung perpustakaan terpadu, inspirasi masa mendatang. Kesan yang ada sekarang adalah bahwa perpustakaan menjadi milik civitas yang penuh dengan kegairahan dikembangkan bersama.


Implementasi

Semua layanan terpadu yang sebelumnya dipersiapkan sekarang dapat diwujudkan. Selain layanan online juga layanan terpadu secara fisik ( titik layanan Perpustakaan kampus I masih dipertahankan karena letak yang jauh, dan menunggu fakultas pindah di area akademik Babarsari). Pengguna tersentral di Perpustakaan terpadu dan layananan disiapkan bagi kenyamanan pengguna. Seluruh sentral informasi yang sebelumnya tidak dapat dilayankan, segera dapat terwujud.


Disisi lain pustakawan yang tersebar di berbagi layanan justru tertantang untuk menjalankan profesinya semaksimal mungkin, dan semoga ini akan terus dihidupi dengan semangat yang baru. Kerja keras yang selama ini dilakukan berbuah manis dan berkeyakinan untuk dapat digunakan semaksimal mungkin sebagai sumber sumber informasi bagi kalangan terdidik di lingkungan sivitas akademika.


Meskipun bukan sesuatu yang baru, tetapi bagi kami memberi harapan baru bahwa perpustakaan dibangun berdasarkan kehendak bersama dan selalu dihidupi oleh pilar-pilar dalam sivitas akademika.

Motto kami : Perpustakaan terpadu jembatan layanan prima bagi pemustaka semoga menjadi bekal bahwa perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi, detaknya akan memberikan informasi yang berguna untuk menghidupi Tri Dharma Perguruan tinggi.